Senin, 27 Agustus 2012

HIJAB IS MY WAY


HIJAB IS MY WAY

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Allah yang maha mengetahui segala urusan hambaNya, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq serta hidayah kepada kita semua, Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan nabi agung kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, semoga kita semua termasuk kedalamnya. Aamiin...
Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri, nama saya Fina Norfila sekarang saya masih duduk dibangku kuliah jurusan Teknik Informatika di universitas swasta di semarang cerita pendek ini berkisah tentang kisah nyata kehidupan saya tentang pilihan hidup untuk menggunakan jilbab. Nah di bawah ini cerita saya
Alkisah 19 tahun silam, aku lahir di keluarga dan masyarakat yang religius islam, pendidikan formalku dari SD-SMA selalu pada sekolah negri sehingga orang tuaku mengimbanginya dengan mengikutkanku pada madrasah sore dan pada malam harinya aku belajar tadarus di rumah tetangga, walau selalu berada 3 besar peringkat madrasah sore tetapi aku hanya menggunakan jilbab ketika waktu tertentu saja setelah itu dengan bangganya aku memperlihatkan aurat kepada orang-orang yang bukan mahramku. ketika duduk di tingkat 2 SMP, kakakku  ingin memberikan uang untuk membeli satu set seragam tertutup+jilbab, entah syaiton apa yang membisikku atau keterlenaanku terhadap dunia, aku dengan entheng menolaknya dengan alasan ”Besok-besok aja ketika lanjut SMA, nanggung seragamnya yang pendek”(iya kalau umurnya sampai SMA kalau tidak?toeng-toeng). Pengetahuan agama yang ku miliki tak lantas membuat saya tersadar akan langkah hidupku yang tak menuruti peraturan Tuhanku, Allah yang sudah mengamanahkan sepasang mata, hidung, mulut dan keluarga yang semuanya bisa dibilang sempurna bahkan nikmat itu tak bisa dihitung dengan angka verbal maupun nominal.
Seiring berjalannya waktu, aku menginjak SMA dan lagi-lagi aku dihadapkan dengan kenyataan yang harus ku pilih, pada tangan mungilku terdapat beberapa potong kain yang diberikan sekolah untuk di jahit sendiri sesuai ukuran, setelah mondar-mandir akhirnya aku terduduk lesu di depan rumah sambil berkicau ”Akan ku apa kan kain-kain ini?” dalam hati kacau aku bertanya pada rerumputan yang seolah-olah ingin menjawab kegundahan hati ku, ”Haruskah ku jahit menjadi seragam panjang berjilbab? Atau pendek? Apakah aku sudah siap berjilbab?  Bagaimana kalau dengan berjilbab jadi jelek?(gak berjilbab juga jelek,hehe).Bagaimana kalau naik motor kelak?Ribet gak ya?(Belum dicoba udah bilang ribet L)Bagaimana kalau terasa panas?(Panas mana sama api neraka J)” Semua pertanyaanku hanya terbawa angin, setelah saya mintai pendapat keluarga besarku, mereka menyarankan ini kesempatan baik untuk memulai berjilbab, tetapi semua keputusan ada padaku toh yang menjalankan aku sendiri. Dan akhirnya apa yang saya pilih? Ak memutuskan untuk menunda kewajiban berjilbab, aku masih enggan dan belum ada niatan menggunakan penutup mahkota para keturunan hawa itu. Entah syaiton atau kesilauanku akan dunia, dengan alasan pertanyaan diatas saya menahan kewajban untuk berjilbab.

Kondisi mental yang masih dibilang labil serta kondisi teman yang mendukung membuatku salah pergaulan, ketika keluarga sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, rasa sendiri dan sepi membuatku menyalurkannya dengan mencari keasyikan yang disukai para remaja masa kini dari merias diri berlebihan, menghamburkan setiap detik waktu, uang dan tenaga  dengan hal yang sama sekali tidak ada faedahnya. dalam hal ibadah pun aku tak seperti dulu semasa kecil,  aku mulai menduakan Allah, menunda menegakkan tiang agama hanya sekedar menonton acara televisi kesukaan(Korea terutama), lebih betah menyanyikan musik-musik populer ketimbang melafalkan kitabNya, lebih suka mendengar musik pop-rock ketimbang mendengar lantunan pujian asmaNya, Lebih mengidolakan aktor dan band cowok masa kini ketimbang mengidolakan Rosul. seketika itu imanku yanquz, futur, jahil, dan merasa ada yang hilang pada diriku. ternyata benar ilmu tanpa diamalkan seperti berkuda tanpa arah dan pelana, berlari dengan kencang tapi tak tahu siapa yang ia tuju, tak tahu dimana ia bermuara, kuda yang mempunyai pelana tapi seperti keledai, kasat mata pelana hanya sebagai penghias saja.
Sedari awal memang aku salah memilih teman, ketika mereka melanggar aturan dengan enthengnya mereka beralibi, ”Masih banyak kok orang yang lebih buruk dari kita” dengan semboyan itu siapa saja pasti akan terpana dan terlena, lama kelamaan aku dibuat mereka ENHEG dan akhrinya aku mencari teman yg lain yang sekiranya tak membuatku smakin jauh dalam keterpurukan, tertujulah aku pada seorang teman-teman yang bisa dibilang gerombolan para cupu-ers, merka memang tak peduli dengan namanya COWOK, MERIAS, NGRUMPI dll, mereka sangat baik dan agaknya sedikit membawa angin baik terhadapku dan tak sedikit dari mereka menggunakan benda yang dibelitkan di kepala mereka, yup JILBAB hingga pada suatu siang yang mendung di gazebo sekolah salah satu diantara mereka mengajukan pertanyaan kepadaku, ”Fin kenapa kamu belum menggunakan jilbab?” jawabku sambil termenung, ”1. Belum siap+dibilang sok alim 2. Ribet+panas 3. Kelihatan jadul+jelek 4. Hatiku belum terpanggil dan sikapku belum bisa menyesuaikan”. Dia langsung memegang pundakku sambil tersenyum, tutur lembutnya pun berkata, ”Wahai ukhti fina, siap atau tidak siap itu kewajiban dan kamu harus siap, seperti halnya ketika kamu mempunyai PR sekolah, siap atau tidak kamu harus mengerjakan juga kan? Wahai saudariku jilbab sama sekali tidak menandakan alim atau tidaknya seseorang karena itu kewajiban, yang menandakan alim atau tidak itu akhlaq orang tersebut bukan jilbab, soal ribet+panas apa kamu sudah mencoba setiap hari memakai jilbab? Belum dicoba kok sudah menyimpulkan, lihat tuh orang-orang yang gak memakai jilbab mereka harus selalu membawa payung atau topi untuk melindungi kulit kepala mereka dari sengatan sinar sang mentari, lagian apa mau kamu digantung di neraka esok dengan tali dari rambutmu? Yang apinya melebihi panas yang kamu rasakan di dunia saat ini, kalau kelihatan jadul+jelek banyak kok kreasi jilbab sekarang yang bisa di modif dan lucu lagian kata ’JELEK’ bukan mereka yang menilai tetapi suamimu kelak, apa untungnya coba kalau mereka bilang kamu cantik? Cuma kepuasan batin kan? Lagian semua wanita cantik tauk masak ganteng? Hahaha... dan kalau hatimu belum terpanggil itu karena kamu dan hatimu hanya diam tidak mencari apakah selama ini kamu benar atau tidak, soal sikap orang yang berjilbab tetapi tidak berjilbab itu jangan salahkan jilbabnya tapi akhlaq orangnya, jilbab kan gak salah apa-apa orang bijak bilang jangan benci jilbabnya tetapi ahlaqul mazmumahnya iya kan?”
Menjelang malam yang redup karena sang dewi malam terselimut awan serta tidak ada PR yang harus ku kerjakan, aku mencoba membuka salah satu bagian lemari yang jarang sekali ku sentuh, ku dapati beberapa potong jilbab masa kecil, ku pakai dan ku bentuk-bentuk sendiri, ternyata aku mulai sadar dengan berjilbab aku gak harus mikirin poni, model rambut, aksesoris rambut(bando, jepitan dll) rambut terlihat lebih rapi(maklum rambutku sering mencuat kesana kemari) dan ih waow wajahku terlihat lebih imut,hehe.. Mulai deh aku browsing tentang perintah berjilbab, kreasi jilbab dll dan kutemukan dalil yang bikin aku tertarik yaitu QS al-Ahzab (59) yang berbunyi ‘Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ Dari ayat tersebut memang terbukti bahwa Islam agama yang ‘rahmatan lil alamiin’,  Islam begitu mudah dan damai, tidak mempersulit umatnya, Islam juga memuliakan kaum hawa, sehingga dengan berkerudung lelaki enggan menggoda, mereka lebih msuka menggoda wanita yang dahulu menggoda mereka, yup menggoda dengan pakaiannya J. Mulai hari itu ku mantapkan lahir dan batinku untuk berjilbab.
Seusai sekolah ku utarakan niat itu pada sahabatku yang mencerahkan fikiranku, ia pun memelukku terharu dan dia bersedia menemaniku membeli seragam panjang dan jilbab, di tengah panasnya siang kami menyusuri sudut demi sudut pasar tradisional dengan bekal tabungan yang ku miliki, aku relakan untuk tabungan untuk menjalani perintah Allah, karena waktu itu belum sempat bilang ke orang tua untuk berjilbab tabunganku hanya cukup membeli 1 set seragam panjang+jilbab dan diam-diam sahabatku itu melihat kerisauanku dia mendekatiku, ”Nih aku punya sedikit uang cukup buat beli 1 baju” dengan girang aku langsung memeluknya erat dan dia kaget langsung melepaskan pelukanku ”Ih malu tauk, aku bukan jeruk makan jeruk,hahaha eh fin g ngrasa sia-sia ntar seragam pendekmu?” aku menjawab dengan lantang ”Gak lah apa sih yang gak buat KEWAJIBAN,hahaha” dan aku pulang dengan menenteng plastik beberapa jilbab+baju, dengan bahagia aku kembali ke istanaku J
Yup hari pertama berjilbab aku udah siapin mental+jawaban pertanyaan-pertanyaan yang akan menghujamku, benar saja setelah selesai upacara senin itu aku di ajukan banyak pertanyaan dan ku jawab dengan mendetail dan ceria, seolah-olah aku sangat excited dengan keputusanku, mereka pun menyemangatiku tetapi tak sedikit pula yang mencemoohku tapi aku tak peduli, toh bukan mereka juga yang memberi kehidupan untukku mulai saat itu aku enggan melepas jilbabku ketika keluar rumah, meskipun aku belum terlalu pandai mengkombinasi jilbab dsb.
Nah itu ceritaku yang penuh liku dan tak bermutu,hehe tapi aku sangat excited dengan keputusanku itu, nah teman bagi yang belum berjilbab siap gak siap harus siap karena itu kewajiban, dan jangan tunggu sampai kamu siap , kalau gak sekarang kapan lagi? Besok? Iya kalau umur kita sampai besok, jangan jadikan hambatan sebagai alasan, tetapi jadikan hambatan itu sebagai sebuah perjuangan. Gak bakal nyesel kok kalau ngikutin perintah Tuhan J. Sekian cerpen dari saya apabila ada salah kata, tata dan canda, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. kesempurnaan hanya milik Allah. wabilahittaufik wal hidayah wa ridho wal innayah                                   Wassalamualaikum Wr. Wb

0 komentar:

Posting Komentar